Sekilas Info

Sabtu, 14 November 2015

Fiqih mengangkat tangan saat shalat

Hukum atau fiqih mengangkat kedua tangan selain pada takbir shalat , baik dalam shalt sunnah maupun salat wajib dan hal ini masih menjadi perbincangan hangat pada era ini. Apakah itu termasuk sunnah atau bukan,boleh atau tidak dan lain sebagainya.

Pertanyaan seperti ini membutuhkan keterangan para ulama  bagaimana seharusnya, apakah harus mengangkat kedua tangan atau tidak. Para ulama sendiri memiliki beda pendapat, apakah mengangkat tangan ketika takbir-takbir tambahan (selain takbiratul ihram) dalam shalat ‘id misalnya itu termasuk sunnah atau bukan.

Pendapat Pertama
Menyatakan disyari’atkannya mengangkat kedua tangan ketika takbir.
Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama, di antaranya Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, dan salah satu pendapat dari madzhab Maliki.

Dan di antara ulama yang memilih pendapat ini adalah An-Nawawi, Al-Juzajani, Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, Ibnul Qayyim, Ath-Thahawi, Asy-Syaikh bin Baz, Asy-Syaikh Al-Fauzan, dan juga Al-Lajnah Ad-Da’imah, serta para ulama yang lain.
Dalilnya adalah:

1. Al-Imam Ahmad, Ibnul Mundzir, Al-Baihaqi, dan yang lainnya berdalil dengan hadits dari Ibnu ‘Umar, bahwa dia berkata:
كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا قام إلى الصلاة رفع يديه حتى إذا كانتا حذو منكبيه كبر ، ثم إذا أراد أن يركع رفعهما حتى يكونا حذو منكبيه ، كبر وهما كذلك ، فركع ، ثم إذا أراد أن يرفع صلبه رفعهما حتى يكونا حذو منكبيه، ثم قال سمع الله لمن حمده ، ثم يسجد ، ولا يرفع يديه في السجود ، ويرفعهما في كل ركعة وتكبيرة كبرها قبل الركوع حتى تنقضي صلاته
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak shalat, beliau mengangkat kedua tangannya, sampai ketika keduanya sejajar dengan pundaknya, beliau bertakbir. Kemudian ketika hendak ruku’, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar pundaknya, dan beliau pun bertakbir dalam keadaan kedua tangannya tetap pada posisi demikian. Kemudian beliau ruku’. Kemudian ketika hendak mengangkat punggungnya (bangkit dari ruku’), beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua pundaknya, kemudian mengatakan : sami’allahu liman hamidah. Kemudian beliau sujud, dan beliau tidak mengangkat kedua tangannya ketika hendak sujud. Dan beliau mengangkat kedua tangannya pada setiap rakaat dan takbir yang dilakukan sebelum rukuk sampai selesai shalat beliau.”
[HR. Ahmad dalam Musnadnya, Abu Dawud dalam Sunannya, Ibnul Jarud dalam Al-Muntaqa’, Ibnul Mundzir, Ad-Daraquthni dalam sunannya, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra, dan yang lainnya, sanadnya shahih].

2. Atsar ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu
أن عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- كان يرفع يديه في كل تكبيرة من الصلاة على الجنازة وفي الفطر والأضحى
“Sesungguhnya ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir-takbir shalat jenazah, idul fithri dan idul adha.” [HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (III/293), Ibnul Mundzir dalam Al-Ausath (IV/282), atsar ini didha’ifkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Al-Irwa’ no. 640].


Pendapat Kedua
Menyatakan tidak disyari’atkannya mengangkat kedua tangan ketika takbir. Ini adalah satu pendapat dari madzhab Maliki, Ibnu Hazm Azh-Zhahiri, Ibnu Abi Laila, Abu Yusuf, Asy-Syaikh Al-Albani, dan yang lainnya.

Dalilnya adalah tidak ada di dalam sunnah shahihah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan bahwa beliau mengangkat kedua tangannya pada setiap takbir. Al-Imam Malik berkata: “Tidak disyari’atkan mengangkat kedua tangan sekalipun pada setiap takbir shalat idul fithri dan idul adha kecuali pada takbir yang pertama (yakni takbiratul ihram).”

Asy-Syaikh Al-Albani mendha’ifkan atsar yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau dahulu juga mengangkat kedua tangannya ketika takbir-takbir shalat jenazah. Asy-Syaikh Al-Albani  berkata juga ketika menyanggah pendapat yang menshahihkan atsar tersebut: “Adapun penshahihan sebagian ulama yang mulia terhadap atsar yang menyebutkan diyari’atkannya mengangkat kedua tangan sebagaimana dalam ta’liq beliau terhadap Fathul Bari [III/190] adalah merupakan kesalahan yang nyata sebagaimana hal ini tidak tersamarkan lagi di kalangan orang yang mengetahui bidang ini (ilmu hadits).” [Ahkamul Jana’iz (148)]

Pendapat Ketiga
Dikatakan oleh Asy-Syaikh Shalih Al-Luhaidan, beliau mengatakan:
“Jika mengangkat kedua tangan, maka ini tidak mengapa. Dan jika tidak mengangkat kedua tangan, maka inipun juga tidak mengapa.” [Dari Durus Al-Haram Al-Makki tahun 1424 H].

Mungkin ada yang bertanya, apa bisa dibenarkan pendapat yang menyatakan disyari’atkannya mengangkat kedua tangan ?  Padahal ibadah sifatnya adalah tauqifiyyah? Sementara kita tidak mengetahui satu dalil pun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau mengangkat kedua tangannya?

Dalam hal ini, bahwa mengangkat kedua tangan pada takbir-takbir shalat itu tidak disebutkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, baik yang menafikan (meniadakan) maupun yang menetapkan.

Maksudnya adalah bahwa bagi yang mengangkat kedua tangannya, maka ini tidak mengapa karena tidak disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menafikannya. Dan barangsiapa yang tidak mengangkat kedua tangannya, maka ini juga tidak mengapa karena tidak disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkannya.



Nah,Dalam perbedaan seperti ini hendaknya kita bisa bersikap lapang dada, ketika mendapati sebagian saudara kita melakukan amalan yang berbeda dengan amalan yang kita lakukan. Masing-masing beramal sesuai dengan keterangan dan ijtihad para ulama ahlussunnah waljamaah. Tidak boleh saling menyalahkan satu terhadap yang lainnya.
Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.

Dirangkum dari beberapa referensi:
– Irwa’ul Ghalil jilid 3, karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.
– Manhajus Salikin, karya Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di.
– http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=284549
– http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=361603
Ditulis oleh Abu Abdillah, Ma’had As-Salafy Jember

Di Edit oleh : Santri Gamer


Tidak ada komentar:

Posting Komentar