Cangkul yang dalam di kebun kita”
Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam
pertanian. Cangkul biasa digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari
rumput ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul ini sendiri masih digunakan
hingga saat ini.
Dalam sejarahnya cangkul atau
orang jawa biasa menyebutnya ‘pacul’ ini ternyata mengandung nilai-nilai
filosofis yang patut kita ketahui. Dalam kisah wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga
kepada Ki Ageng Sela, Pacul atau cangkul itu terdiri dari 3 komponen yang tak
terpisahkan. Ketiga komponen tersebut adalah: PACUL (bagian yang tajam untuk
mengolah lahan pertanian), BAWAK (lingkaran tempat batang doran), dan DORAN
(batang kayu untuk pegangan cangkul).
PACUL: “Ngipatake barang kang muncul”
Maknanya, menyingkirkan bagian
yang bermunculan atau bagian yang tidak rata, gulma dll yang dipastikan bisa
merusak tanaman dan keindahan. Dari alat Pacul tersebut setidaknya bisa
diartikan bahwa agar perjalanan hidup manusia mulus, rata, maka manusia harus
selalu berbuat baik dengan menyingkirkan sifat-sifat buruk yang bisa mengganggu
perjalanan hidup tersebut (baca : sukses).
BAWAK: “Obahing awak”.
Arti harafiahnya adalah gerak
tubuh. Dalam arti yang luas termasuk olah pikiran, Pola Pikir (Mindset). Untuk
bisa merubah nasib, yang pertama kali harus diubah adalah merubah Pola Pikir,
bukan yang lain.”Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah
pemimpin, pikiran adalah pembentuk” (Dhammapala 1:1). Pola Pikir Tindakan
Kebiasaan Karakter Nasib
DORAN. “Dongo marang
Pengeran” atau “Ojo Adoh Marang Pengeran”.
Arti “Dongo Marang Pengeran” adalah doa yang dipanjatkan
pada ALLAH. Sedangkan “Ojo Adoh Marang Pengeran” memiliki arti janganlah kita
manusia ini menjauhi ALLAH. Manusia
harus senantiasa wajib ingat dan menyembah ALLAH, bukan menyembah yang lain.
Ketiga bagian Pacul masih harus ditambah lagi dengan TAJAM/ LANDEP,
komponen tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau digabung, maka akan
memiliki arti, manusia hendaknya , mempunyai ketajaman, mampu menyingkirkan
sifat-sifat buruknya, selalu berikhtiar dan tidak melupakan untuk selalu berdoa
dan menyembah ALLAH.
Itulah wejangan sang Sunan
terhadap Ki Ageng Sela, Bahwa dengan cangkul yang sederhana ternyata tetap ada yang
bisa kita kuak, yaitu menggali lapisan
yang ada di dalam lebih diperlukan dibanding sebatas pada
lapisan luaran saja. Ialah
tanah-tanah pengertian yang mewujud kedalam bentuk lapisan pemahaman dan
penerimaan pada perilaku hidup manusia yang tetap mengingatkan kita kepada
ALLAH SWT.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Cangkul
http://facebumen.com/tentang-cangkul-pacul/
http://ensiklo.com/2014/09/makna-filosofi-tentang-pacul-ataupun-cangkul-dari-sunan-kalijaga/#Wejangan_Sunan_Kalijaga_terhadap_Ki_Ageng_Selo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar