Sekilas Info

Senin, 16 November 2015

Sejarah Filosofi Cangkul 'Wejangan Sunan Kalijaga'

“Cangkul..cangkul...cangkul yang dalam
Cangkul yang dalam di kebun kita”

Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul biasa digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul ini sendiri masih digunakan hingga saat ini.

Dalam sejarahnya cangkul atau orang jawa biasa menyebutnya ‘pacul’ ini ternyata mengandung nilai-nilai filosofis yang patut kita ketahui. Dalam kisah wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Sela, Pacul atau cangkul itu terdiri dari 3 komponen yang tak terpisahkan. Ketiga komponen tersebut adalah: PACUL (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), BAWAK (lingkaran tempat batang doran), dan DORAN (batang kayu untuk pegangan cangkul).


PACUL: “Ngipatake barang kang muncul”

Maknanya, menyingkirkan bagian yang bermunculan atau bagian yang tidak rata, gulma dll yang dipastikan bisa merusak tanaman dan keindahan. Dari alat Pacul tersebut setidaknya bisa diartikan bahwa agar perjalanan hidup manusia mulus, rata, maka manusia harus selalu berbuat baik dengan menyingkirkan sifat-sifat buruk yang bisa mengganggu perjalanan hidup tersebut (baca : sukses).

BAWAK: “Obahing awak”.

Arti harafiahnya adalah gerak tubuh. Dalam arti yang luas termasuk olah pikiran, Pola Pikir (Mindset). Untuk bisa merubah nasib, yang pertama kali harus diubah adalah merubah Pola Pikir, bukan yang lain.”Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk” (Dhammapala 1:1). Pola Pikir Tindakan Kebiasaan Karakter Nasib

DORAN. “Dongo marang Pengeran” atau “Ojo Adoh Marang Pengeran”.

           Arti “Dongo Marang Pengeran” adalah doa yang dipanjatkan pada ALLAH. Sedangkan “Ojo Adoh Marang Pengeran” memiliki arti janganlah kita manusia ini menjauhi  ALLAH. Manusia harus senantiasa wajib ingat dan menyembah ALLAH, bukan menyembah yang lain.

Ketiga bagian Pacul masih  harus ditambah lagi dengan TAJAM/ LANDEP, komponen tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau digabung, maka akan memiliki arti, manusia hendaknya , mempunyai ketajaman, mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, selalu berikhtiar dan tidak melupakan untuk selalu berdoa dan menyembah ALLAH.


Itulah wejangan sang Sunan terhadap Ki Ageng Sela, Bahwa dengan cangkul yang sederhana ternyata tetap ada yang bisa kita kuak, yaitu menggali lapisan  yang ada di dalam lebih diperlukan dibanding  sebatas pada  lapisan luaran saja.  Ialah tanah-tanah pengertian yang mewujud kedalam bentuk lapisan pemahaman dan penerimaan pada perilaku hidup manusia yang tetap mengingatkan kita kepada ALLAH SWT.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Cangkul
http://facebumen.com/tentang-cangkul-pacul/
http://ensiklo.com/2014/09/makna-filosofi-tentang-pacul-ataupun-cangkul-dari-sunan-kalijaga/#Wejangan_Sunan_Kalijaga_terhadap_Ki_Ageng_Selo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar